Kembangkan Desa , Prasetyo Sukses Jual Peyek Diminati Turis
Magelang ( kaliprogo.com )Meski sudah mapan bekerja di perusahaan, bagi Muhammad Adha Prasetyo tak membuatnya acuh akan potensi kampung halamannya, yakni Borobudur.
Sebagai obyek wisata dunia, Prasetyo panggilan akrabnya merasa prihatin lantaran tidak ada oleh-oleh khas Borobudur.
“Sedih karena di Borobudur tidak punya olahan khas, misal oleh-oleh Borobudur. Tapi yang ada malah brem dari Madiun, Bakpia dari Yogyakarta, Geplak dari Bantul. Bahkan getuk yang khas Magelang pun tidak ada di kawasan sekitar Borobudur,” kata kata Prasetyo
Sedangkan menurutnya, peluang sektor pariwisata Borobudur ke depanya cerah seiring pertumbuhan infrastruktur.
Berangkat dari keresahan tersebutlah ia memulai karirnya berwirausaha. Selain itu, pada 2017 silam ia juga bosan terus menjadi karyawan.
Bermodal kurang lebih Rp 2 juta rupiah ia mendirikan usaha Peyek Kacang “Peyeke” Citra Baru di Dusun Jligudan 01/02 Borobudur Magelang.
Prasetyo pun tak menampik ia menjual produknya diawali dari teman ke teman dan tetangga terdekat.
“Berjalannya waktu informasi produk saya sampai dari konsumen ke rekan konsumen,” ujarnya.
Hari ke hari produknya kian meluas, untuk saat ini variasi kemasan pun semakin berkembang seperti standing pouch, dan microwave. Yang paling unik kemasan ikonik dari kayu.
“Ini akan segera menghiasi gerai UKM Jateng di Bandara Yogyakarta yang sudah diresmikan Jokowi,” ujarnya.
Meskipun usahanya sudah berkembang Prasetyo mengaku enggan membuka cabang, ia menilai produknya sangat ekslusif. Seperti produk Joged yang hanya ditemukan di outlet Joger.
“Produk yang paling favorit adalah kemasan kardus 250 gram harga 25 ribu disusul produk kemasan ikonik dari kayu yang diminati touris asing seharga 50 ribu,” kata Prasetyo.
Sejak berdiri tahun 2017 ketika ditanya seputar omset ia hanya tertawa sambil berceloteh, “Menuju sekian miliar,” katanya.
Dibanding dengan kemasan yang lain untuk kemasan kayu ia istimewakan dengan menamai “Pranut Crakers” supaya tidak asing di telinga milenial.
Prasetyo juga memandang Indonesia punya konsumen yang loyal, bahkan sangat loyal.
“Apabila sudah mencoba makan produk saya, tidak akan berpaling ke lain hati ke produk yang lain dan sudah terbukti dari 60 persen konsumen,” ujarnya
Adapun rahasia dari usahanya untuk bertahan adalah tidak merubah rasa, karena sudah menjadi jaminan kualitas produk.
“Kita menggaransi rasa sejak pertama kali beli tidak berubah, proses sudah ada SOP-nya”, imbuhnya.
Bagi Prasetyo, tips sukses di UMKM adalah membuat sebuah produk yang Masterpiece. “If better is posibble, good is not enough (Jika lebih baik itu mungkin, maka baik saja tidak cukup,” katanya.
“Sebab produk yang bagus akan selalu di kenang dan di rekomendssikan oleh konsumen ke calon konsumen lainya,” imbuhnya.
Ketika ditanya cara pemesanan Prasetyo menyarankan untuk datang ke tempat langsung.
“Gampang kok, arahnya 800 meter dari terminal bus Borobudur ke arah dusun Jligudan. Kalau bingung bisa pantau Instagram @bakulepeyek,” pungkasnya.